Selasa, 24 Februari 2009

Susunan Pengurus GOTAUS Kepri

'
Pembina : Uskup Pangkal Pinang Mgr. Hilarius Moa Nurak SVD

Penasehat :
Pastor Deken(Rm. Lucius Poya H.)
Pastor Peter Bruno Sarbini
Pastor Johan
Pastor Lugerus
Pastor Manse
Pastor Eman
Pastor Aleks Jua


Ketua I : Hendrik Hayon
Ketua II : Yohanes Karim
Sekretaris I : Monica Camelia
Sekretaris II : Andreas Teddy Hariyanto Tanex
Bendahara I : Mega Hartati Andika
Bendahara II : M. Suwarsito


Koordinator Sie Jejaring : Tua Pardamean Simamora
Tanjung Balai Karimun : Yakobus S.
Tanjung Pinang : Blasius
Ujung Beting : Tugiran
Paroki Lubuk Baja : Sigfrid Servas & AWIE
Paroki Bengkong : Bangun
Paroki MPBA Tembesi : Andreas Soge
Paroki Tiban : M. M. Fajar Purwanti

Selasa, 14 Oktober 2008

Sejarah GOTAUS

Embrio GOTAUS sebenarnya sudah berkembang dalam waktu yang lama, sejak awal tahun 1996, Rektor Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang, mengirim surat kepada beberapa pribadi di Jakarta, memberitahukan keadaan atap seminari yang mau roboh. Dan Keuskupan Agung Semarang memberi sinyal agar mencari dana sendiri. Keadaan ini menjadikan Rektor bingung memeras otak bagaimana harus mencari dana. Sebuah kebetulan yang sangat menggembirakan yaitu sebuah tim kecil dari Jakarta, dalam perjalanan ke Jogyakarta dalam rangka dinas mampir berkunjung ke Seminari Mertoyudan. Dipandu Rektor, tim kecil ini menyusuri lorong-lorong, melihat bagaimana aktifitas seminari, dan akhirnya singgah di kapel. Suatu gambaran kesimpulan melekat, bahwa seluruh prasarana dan sarana membutuhkan perbaikan. Sesampainya di Jakarta, tim kecil ini mengontak rekan-rekan seiman, dan ternyata gayung bersambut. Kalau Seminari Mertoyudan, yang menyandang nama besar kondisinya begitu memprihatinkan, bagaimana nasib seminari menengah yang lain, bagaimana mereka yang di luar pulau Jawa? Itulah pertanyaan bergelayut dipikiran mereka. Realitas itu yang memacu kelompok peduliwan ini terus bergerak tetap bersemangat mengetuk hati rekan-rekan dan sahabat dari mulut ke mulut, menyampaikan berita keprihatinan ini. Kelompok ini menamakan diri Kelompok Semangat.

Menjelang dan sekitar krisis tahun 1997, situasi politik nasional sangat tidak menguntungkan bagi umat Kristiani, sehingga gerakan yang murni kepedulian awam ini mulai dituding yang aneh-aneh. Beberapa peduliwan ditempa issue mencari keuntungan pribadi atas nama Gereja. Ketika krisis perbankan nasional menerpa, tiupan angin kencang bersamaan dengan ambruknya ekonomi nasional, banyak lembaga keuangan tutup, diikuti perusahaan-perusahaan barang dan jasa, dan banyak peduliwan kehilangan jabatan dan atau pekerjaan.

Ditengah kegetiran yang mendalam itu tetap saja ada yang membanggakan, ternyata sedikit tabungan yang pernah terkumpul sampai menjelang krisis ekonomi, tetap terjaga dan terpelihara dengan baik dan rapih. Dari tabungan inilah Kelompok Semangat ingin meneruskan perhatiannya ke sekolah seminari. Ide awal para peduliwan Kelompok Semangat adalah perhatian terhadap perbaikan sarana dan prasarana seminari menengah, ternyata ditengah krisis yang memporak-porandakan sendi-sendi ekonomi, permasalahan yang terungkap semakin dalam. Yang mendesak diperlukan oleh seminari menengah adalah kebutuhan sehari-hari yang disebut sembako. Ketika itu mencuat di luar pulau Jawa. Ketika hal ini dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan muncullah pemikiran agar tujuan awal oleh para peduliwan tetap tidak berubah maka semangat ini perlu digandakan atau ditularkan kepada umat lain.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka lahirlah GOTAUS ( GERAKAN ORANG TUA ASUH UNTUK SEMINARI ) pada tahun 2001, yang mencoba ikut memecahkan permasalah di atas. Inti dari pemikiran awalnya adalah agar permasalahan kebutuhan sehari-hari yang dihadapi sekolah seminari dapat menjadi bagian dari kepedulian awam yang lebih luas, sehingga meski secara individual umat berkontribusi kecil, namun dengan kebersamaan, kontribusi bersama itu tentu menjadi berarti. Dalam perjalanannya GOTAUS lalu menjadi mitra resmi Komisi Seminari KWI / Konferensi WaliGereja Indonesia. Hal ini kiranya menjadi simbol terbukanya 'pintu' hati mereka sekalian yang bertanggung jawab atas pembinaan panggilan, baik kalangan hirarki maupun awam. Adalah sebuah impian dan harapan besar bahwa 'pintu' yang terbuka ini bukan hanya di kalangan KWI saja, para Uskup dan para pengurus GOTAUS di Jakarta saja, tetapi dapat menular dan mengetuk 'pintu-pintu hati' umat di setiap Keuskupan agar lahirlah juga sebuah GOTAUS di setiap 'jantung Keuskupan'!

Maju terus GOTAUS. Jika 'Seminari adalah jantung Keuskupan', andalah 'darahnya yang membuat hidup dan terpompa teratur, ritmik, menarik dan indah bagai sebuah simponi'. ( diambil dari buku laporan tahunan GOTAUS 2004)

Nah sekarang bagaimana dengan keuskupan Pangkalpinang sendiri?

Situasi di Keuskupan Pangkalpinang dan Rencana Membuka Seminari Menengah

Dalam pertemuan Duta Vatikan Mgr. Leopoldo Girelli dengan Bp. Uskup pada saat kunjungannya di Kepulauan Riau, Duta mengatakan bahwa dunia sangat membutuhkan imam dan panggilan. Sehingga Duta menyarankan agar Keuskupan Pangkalpinang mulai membuka seminari menengah sebelum semangat panggilan itu menurun. Duta mengangkat hal ini karena sudah membaca laporan kita bahwa umat sudah berkembang banyak; banyak pasutri-pasutri muda dan anak-anak, tetapi panggilan kurang. Karena ini pula, Keuskupan Pangkalpinang berencana membuka sekolah seminari pada tahun 2011 nanti.

Apabila para seminaris ini nantinya bisa terus sampai pada imamatnya, kita akan sangat mensyukurinya. Namun bila tidak menjadi imam pun, setidak-tidaknya mereka ini diharapkan menjadi awam yang baik, menebarkan nilai-nilai yang didapatnya selama di seminari kepada orang banyak, berguna bagi gereja, masyarakat luas dan dunia.

SEMINARI SEBAGAI JANTUNG KEUSKUPAN

Saudari-saudari dalam Kristus, Paus bersama para Uskup sedunia lewat Dekrit tentang Pembinaan Calon Imam menegaskan bahwa "Seminari adalah Jantung Keuskupan". Jantung adalah organ tubuh yang sangat penting sehingga tanpa jantung yang baik, tubuh akan kehilangan tenaga, menjadi lemah bahkan mati. Semua organ dalam tubuh kita penting dengan caranya sendiri menunjang kehidupan seluruh tubuh. Tetapi ada yang sangat sentral dan penting. Salah satunya adalah jantung, karena itu setiap orang akan berusaha supaya jantungnya selalu sehat.

Seminari adalah jantung Keuskupan. Dengan ini diupayakan bahwa pendidikan calon imam dan imam itu sendiri sangat penting bagi Gereja pada umumnya dan Keuskupan pada khususnya. Tanpa imam atau hirarki, Gereja kehilangan unsur pemersatunya, penggembala, pengajar dan pengudusnya. Karena itu perlu dibangun seminari di setiap Keuskupannya sejauh memungkinkan dan seminari yang sudah ada perlu dijaga kelangsungan hidupnya. Masalah kita adalah dari 32 Seminari Menengah di Indonesia hampir 90% menderita kekurangan, bahkan amat rendah mutunya dibidang fasilitas belajar dan pembinaan kepribadian serta rohani, dengan gedung-gedung tuanya yang merana dan memprihatinkan termasuk kekurangan gizi. Dari kurang lebih 4200 siswa ada 1859 yang membutuhkan beasiswa. Banyak tenaga pengajar yang baik pindah ke sekolah lain karena seminari tidak mampu membayar gaji yang layak. Bagaimana bisa diharapkan hasil yang maksimal dari para calon pemimpin Gereja Indonesia?

Syukur kepada Tuhan bahwa di Indonesia, panggilan calon Imam relatif masih banyak. Ini membuktikan bahwa Gereja di Indonesia masih hidup. Dan tugas kita bersama untuk membantu dan memelihara Seminari-seminari yang ada di Indonesia, agar tidak mati, agar tidak menghasilkan imam yang kurang bermutu. Gereja membutuhkan bantuan setiap umat Katolik Indonesia berupa : doa untuk panggilan, usul dan saran yang berguna demi pengembangan dan pembinaan di seminari serta bantuan dana. Doa merupakan salah satu dasar yang harus dilaksanakan sesuai permintaan Yesus sendiri : "Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu ( Mat 9 : 38 )". Doa harus dikombinasikan dengan pemberian usul serta saran. Doa dapat disempurnakan dengan memberikan dana atau derma. Doa harus mengiringi setiap pemberian usul, saran dan dana.

Sebagai Uskup Pangkalpinang, saya meminta supaya kita semua berdoa untuk panggilan. Saya meminta usul dan saran yang berguna demi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan seminari kita. Kepada umat yang mempunyai dana atau materi lainnya, saya menyampaikan permohonan untuk memberikan bantuan murah hati, karena banyak jantung Gereja yang hampir tidak bisa berdenyut wajar.

Akhirnya atas nama semua Uskup, rekan-rekan di Komisi Seminari KWI dan relawan-relawati Gerakan OrangTua Asuh Untuk Seminari ( GOTAUS ), saya menghaturkan berganda terima kasih kepada semua donatur atas segala yang telah dan akan diberikan demi peningkatan mutu pendidikan calon imam kita.