Selasa, 14 Oktober 2008

Sejarah GOTAUS

Embrio GOTAUS sebenarnya sudah berkembang dalam waktu yang lama, sejak awal tahun 1996, Rektor Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang, mengirim surat kepada beberapa pribadi di Jakarta, memberitahukan keadaan atap seminari yang mau roboh. Dan Keuskupan Agung Semarang memberi sinyal agar mencari dana sendiri. Keadaan ini menjadikan Rektor bingung memeras otak bagaimana harus mencari dana. Sebuah kebetulan yang sangat menggembirakan yaitu sebuah tim kecil dari Jakarta, dalam perjalanan ke Jogyakarta dalam rangka dinas mampir berkunjung ke Seminari Mertoyudan. Dipandu Rektor, tim kecil ini menyusuri lorong-lorong, melihat bagaimana aktifitas seminari, dan akhirnya singgah di kapel. Suatu gambaran kesimpulan melekat, bahwa seluruh prasarana dan sarana membutuhkan perbaikan. Sesampainya di Jakarta, tim kecil ini mengontak rekan-rekan seiman, dan ternyata gayung bersambut. Kalau Seminari Mertoyudan, yang menyandang nama besar kondisinya begitu memprihatinkan, bagaimana nasib seminari menengah yang lain, bagaimana mereka yang di luar pulau Jawa? Itulah pertanyaan bergelayut dipikiran mereka. Realitas itu yang memacu kelompok peduliwan ini terus bergerak tetap bersemangat mengetuk hati rekan-rekan dan sahabat dari mulut ke mulut, menyampaikan berita keprihatinan ini. Kelompok ini menamakan diri Kelompok Semangat.

Menjelang dan sekitar krisis tahun 1997, situasi politik nasional sangat tidak menguntungkan bagi umat Kristiani, sehingga gerakan yang murni kepedulian awam ini mulai dituding yang aneh-aneh. Beberapa peduliwan ditempa issue mencari keuntungan pribadi atas nama Gereja. Ketika krisis perbankan nasional menerpa, tiupan angin kencang bersamaan dengan ambruknya ekonomi nasional, banyak lembaga keuangan tutup, diikuti perusahaan-perusahaan barang dan jasa, dan banyak peduliwan kehilangan jabatan dan atau pekerjaan.

Ditengah kegetiran yang mendalam itu tetap saja ada yang membanggakan, ternyata sedikit tabungan yang pernah terkumpul sampai menjelang krisis ekonomi, tetap terjaga dan terpelihara dengan baik dan rapih. Dari tabungan inilah Kelompok Semangat ingin meneruskan perhatiannya ke sekolah seminari. Ide awal para peduliwan Kelompok Semangat adalah perhatian terhadap perbaikan sarana dan prasarana seminari menengah, ternyata ditengah krisis yang memporak-porandakan sendi-sendi ekonomi, permasalahan yang terungkap semakin dalam. Yang mendesak diperlukan oleh seminari menengah adalah kebutuhan sehari-hari yang disebut sembako. Ketika itu mencuat di luar pulau Jawa. Ketika hal ini dibicarakan dalam pertemuan-pertemuan muncullah pemikiran agar tujuan awal oleh para peduliwan tetap tidak berubah maka semangat ini perlu digandakan atau ditularkan kepada umat lain.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka lahirlah GOTAUS ( GERAKAN ORANG TUA ASUH UNTUK SEMINARI ) pada tahun 2001, yang mencoba ikut memecahkan permasalah di atas. Inti dari pemikiran awalnya adalah agar permasalahan kebutuhan sehari-hari yang dihadapi sekolah seminari dapat menjadi bagian dari kepedulian awam yang lebih luas, sehingga meski secara individual umat berkontribusi kecil, namun dengan kebersamaan, kontribusi bersama itu tentu menjadi berarti. Dalam perjalanannya GOTAUS lalu menjadi mitra resmi Komisi Seminari KWI / Konferensi WaliGereja Indonesia. Hal ini kiranya menjadi simbol terbukanya 'pintu' hati mereka sekalian yang bertanggung jawab atas pembinaan panggilan, baik kalangan hirarki maupun awam. Adalah sebuah impian dan harapan besar bahwa 'pintu' yang terbuka ini bukan hanya di kalangan KWI saja, para Uskup dan para pengurus GOTAUS di Jakarta saja, tetapi dapat menular dan mengetuk 'pintu-pintu hati' umat di setiap Keuskupan agar lahirlah juga sebuah GOTAUS di setiap 'jantung Keuskupan'!

Maju terus GOTAUS. Jika 'Seminari adalah jantung Keuskupan', andalah 'darahnya yang membuat hidup dan terpompa teratur, ritmik, menarik dan indah bagai sebuah simponi'. ( diambil dari buku laporan tahunan GOTAUS 2004)

Nah sekarang bagaimana dengan keuskupan Pangkalpinang sendiri?

Situasi di Keuskupan Pangkalpinang dan Rencana Membuka Seminari Menengah

Dalam pertemuan Duta Vatikan Mgr. Leopoldo Girelli dengan Bp. Uskup pada saat kunjungannya di Kepulauan Riau, Duta mengatakan bahwa dunia sangat membutuhkan imam dan panggilan. Sehingga Duta menyarankan agar Keuskupan Pangkalpinang mulai membuka seminari menengah sebelum semangat panggilan itu menurun. Duta mengangkat hal ini karena sudah membaca laporan kita bahwa umat sudah berkembang banyak; banyak pasutri-pasutri muda dan anak-anak, tetapi panggilan kurang. Karena ini pula, Keuskupan Pangkalpinang berencana membuka sekolah seminari pada tahun 2011 nanti.

Apabila para seminaris ini nantinya bisa terus sampai pada imamatnya, kita akan sangat mensyukurinya. Namun bila tidak menjadi imam pun, setidak-tidaknya mereka ini diharapkan menjadi awam yang baik, menebarkan nilai-nilai yang didapatnya selama di seminari kepada orang banyak, berguna bagi gereja, masyarakat luas dan dunia.